Selasa, 14 Juli 2009

On Leadership

This entry was published at http://chiawono.blog.friendster.com/ on November 7, 2008 with the title On Leadership.

Bulan November 2008 ini merupakan bulan yang akan dikenang oleh orang di seluruh dunia sebagai bulan yang bersejarah. Saat ini, dunia sedang dilanda oleh krisis finansial dan perekonomian yang paling parah dalam sejarah perekonomian modern. Perusahaan-perusahaan keuangan raksasa satu per satu bangkrut. Harga minyak dan emas dan komoditas lainnya naik dan turun seperti mainan yoyo raksasa. Menyebabkan neraca perusahaan-perusahaan besar dan kecil berantakan. Amerika Serikat yang demikian adidaya malah merupakan sumber permasalahan dan mengalami kerugian yang paling besar. Rekor persentase kemajuan pasar modal Cina kini kalah oleh rekor persentase penurunannya. Bahkan Indonesia, Singapura, Australia, dan semua negara lain yang mungkin pernah kita kunjungi juga mengalami akibatnya. Dan inilah yang membuat bulan November ini akan sangat dikenang oleh banyak orang. Di bulan inilah akan dipilih presiden Amerika Serikat berikutnya yang akan memerintah selama 4 tahun ke depan.

Editorial ini ditulis pada minggu ketiga Oktober, tiga minggu sebelum peristiwa bersejarah itu terjadi. Saat kita membaca tulisan ini, mungkin presidennya bahkan sudah terpilih. Tetapi ada satu hal yang penting yang mungkin lebih membawa pengaruh terhadap dunia ini daripada apakah John McCain atau Barrack Obama yang menang. Yaitu harapan bersama rakyat Amerika dan bahkan dunia ini bahwa terpilihnya pemimpin Amerika Serikat tersebut di tengah situasi krisis seperti ini akan membawa suatu pemulihan terhadap badai ini. Dan hal inilah yang menyebabkan seorang pemimpin menjadi seorang yang penting. Karena kehadirannya membawa perubahan dalam diri rakyatnya. Dari keputus-asaan menjadi kelegaan. Dari ketakutan menjadi ketenangan. Kelak memang dia harus membuktikan apakah dia mampu menjawab tuntutan rakyatnya tersebut. Tapi itu akhirnya sudah menjadi urusan nomor dua. Karena pada saat dia datang, perubahan yang paling mendasar sudah terjadi.

Inilah mungkin sebagian kecil yang dapat kita selami tentang perasaan orang Yahudi dalam menanti-nantikan kedatangan Mesias mereka. Orang atau sosok yang akan masuk ke kota Yerusalem di atas punggung seekor kuda dan memimpin mereka keluar dari penjajahan yang mereka alami sekian lama. Seperti Musa memimpin nenek moyang mereka keluar dari perbudakan di Mesir dengan segala keajaiban, seperti Gideon memimpin 300 orang mengalahkan musuh atau seperti Daud memimpin laskar Israel mengalahkan orang Filistin, itulah gambaran kepemimpinan yang diharapkan dari seorang Mesias. Tetapi seperti itukah Mesias yang akhirnya datang ke dalam dunia ini? Alkitab menuliskan ternyata Mesias ini mengerjakan hal-hal yang lebih besar daripada mengalahkan orang Romawi atau bahkan memulihkan perekonomian dunia pada hari ini.

Injil mencatat kelahiran Mesias yang hidup selama 33 tahun dengan nama Yesus bin Yusuf. Lahir di Betlehem dan besar di Nazaret. Dan lalu Injil menuliskan kepada kita bahwa Dia yang adalah Tuhan yang datang ke dunia ini menjadi manusia mengemban suatu misi memimpin orang percaya keluar dari perbudakan dosa menuju kemerdekaan di dalam iman. Inilah tugas memimpin yang paling besar dan mulia sepanjang sejarah dunia ini. Dan Yesuslah Sang Pemimpin yang agung, Gembala yang baik, Penasehat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai, Kristus, Yang diurapi, Mesias, Anak Allah, dan Tuhan kita.

Memang benar ada banyak sekali aspek dalam kepemimpinan. Dan kita akan tahu pada waktu kita masing-masing bahwa setiap dari kita terpanggil menjadi pemimpin dalam kapasitas kita masing-masing. Maka pada bulan November ini sebagai tema dari BUCKS kita akan melihat ke dalam beberapa aspek tentang kepemimpinan tersebut. Tetapi mari kita mulai dengan bersama-sama mengingat bahwa ketika kita berbicara soal kepemimpinan, maka kita tidak boleh melupakan kepemimpinan Yesus dalam kehidupan kita yang memimpin kita dari gelap menuju terang sehingga kita dapat melihat dengan benar dan melihat Dia untuk lalu menjadi serupa dengan Dia. Setelah itu barulah kita melihat siapa dan bagaimana panggilan memimpin itu tiba dalam diri kita. Salam pemimpin.

(Artikel ini dimuat di BUCKS edisi November 2008 sebagai Editorial)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar