Selasa, 14 Juli 2009

How Christian Am I?

This entry was published at http://chiawono.blog.friendster.com/ on July 29, 2008 with the title How Christian Am I?


Semua umat beragama (agama apa saja) pasti memiliki konsep menjadikan apa yang mereka sembah sebagai pusat kehidupan mereka dengan satu dan lain cara. Itu sebabnya dalam kepercayaan polytheisme mereka memiliki dewa asmara, dewa rejeki, dewi pengetahuan, dewa petir, dan lain-lain. Yang tercermin dari penempatan “kementerian” dewa ini adalah bahwa di dalam setiap aspek hidup umat dirasakan suatu keperluan untuk mengandalkan sesuatu. Hal yang sama juga terlihat dalam kepercayaan monotheisme, animisme, hingga dinamisme yang secara umum percaya bahwa mereka tidak dapat melepaskan kepercayaan mereka dari hal panen hingga jodoh.


Yang menjadi pertanyaan bagi kita hari ini adalah 2 hal ini. Yang pertama yaitu apakah kita mengetahui bahwa kehidupan kita sebagai orang Kristen tidak dapat dipisahkan dari Tuhan kita? Dan yang kedua adalah ketika kita mengetahui bahwa kehidupan kita tidak dapat dipisahkan dari Tuhan kita, maka seperti apa konsep dari hubungan antara Tuhan dengan kehidupan kita tersebut?


Hari ini sebagian besar orang Kristen dapat digolongkan ke dalam kelompok yang tidak mengetahui jawaban pertanyaan pertama dan kelompok yang tidak mengetahui jawaban pertanyaan yang kedua. Mereka yang tidak mengerti jawaban pertanyaan yang pertama adalah mereka yang berpikir bahwa kehidupan Senin hingga Sabtu berbeda dengan kehidupan mereka di hari Minggu. Mereka lalu memisahkan sedemikian rupa kehidupan rohani dan kehidupan sekuler mereka dan berpikir bahwa itu adalah normal. Kelompok ini berdoa ketika bangun tidur, sebelum makan, dan saat akan tidur kembali. Mereka datang di gereja di hari Minggu (dan mungkin juga pada hari Rabu saat Persekutuan Doa maupun hari Sabtu pada saat pembinaan) dan mengikuti semua kegiatan dengan khidmat. Tetapi ketika mereka tiba kembali di hari Senin, mereka kembali pada semua kebiasaan buruk dan dosa mereka. Tuhan tidak ada di dalam studi mereka, maka mereka menyontek. Tuhan tidak ada di dalam pekerjaan mereka, maka mereka menghalalkan segala cara. Tuhan tidak ada di dalam hubungan mereka, sehingga mereka bergaul dengan orang-orang bermoral rendah dan terpengaruh oleh mereka.


Orang-orang Kristen yang tidak berada di kelompok pertama di atas kemungkinan besar berada di kelompok kedua ini. Mereka yang tidak mengerti jawaban pertanyaan yang kedua adalah mereka yang hidup terlibat dengan suatu keyakinan bahwa Tuhan ada di dalam kehidupan mereka. Tetapi mereka tidak berusaha untuk mengenal Tuhan tersebut sehingga mereka tidak memiliki konsep yang benar tentang keterlibatan Tuhan di dalam hidup mereka tersebut. Akibatnya mereka menganggap Tuhan sebagai obyek semata dalam kehidupan mereka. Mereka berbicara mengenai Tuhan bahkan mungkin bersaksi mengenai Tuhan tetapi mereka tidak berusaha mengenal Tuhan lebih dalam. Mereka berdoa kepada Tuhan tetapi tidak memiliki pengertian doa yang memperkenankan Tuhan. Mereka menganggap Tuhan sebagai pemenuh kebutuhan (atau bahkan pemenuh keinginan) semata. Mereka “menyembah” kepada Tuhan yang memiliki atribut-atribut yang mereka tempelkan sendiri. Dan pada akhirnya sebagian besar dari mereka tidak lagi menyembah kepada Tuhan tetapi kepada kepercayaan diri mereka sendiri tentang Tuhan. Orang-orang ini tahu bahwa kehidupan finansial mereka berpusat pada Tuhan. Tetapi dengan pengenalan yang dangkal mereka hanya tahu bahwa Tuhan pasti memberkati mereka dalam hal finansial dan menjadikan mereka kaya. Mereka mau Tuhan terlibat dalam mereka mencari pasangan hidup. Tapi mereka menjadikan Tuhan sebagai mak comblang dengan memberikan sederet persyaratan kepada Tuhan atau menganggap semua mimpi sebagai petunjuk dalam memilih pasangan hidup. Mereka menjadikan Tuhan sebagai alat pemuas diri semata dan menganggap Tuhan mengerti hal tersebut dan akan memuaskan mereka sesuai kehendak mereka.


Jika apa yang kita perbincangkan sampai sejauh ini bahwa kebanyakan orang Kristen tergabung di dalam kedua kelompok ini adalah benar, maka berada di kelompok manakah kita? Apakah kita mengerti bahwa kedua kelompok di atas adalah kelompok yang ternyata masih belum memiliki hubungan dengan Tuhan yang benar? Tentunya kita tahu, pastilah ada kelompok ketiga yang ideal. Kelompok orang Kristen yang menjadikan Tuhan sebagai Penguasa dalam kehidupannya. Kelompok orang Kristen yang berintegritas dan dalam seluruh aspek hidupnya memuliakan Tuhan. Kelompok orang Kristen yang berjuang mati-matian menuruti perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Kelompok orang Kristen yang menjadi garam dan terang di dunia mereka dan menjadi berkat bagi setiap orang di sekitar mereka. Kelompok orang yang sungguh-sungguh Kristen.


Tapi sekali lagi sepertinya kita harus menunggu. Karena rasa-rasanya kita tidak mungkin berada di kelompok yang pertama.Kita mengerti betul bahwa tidak ada pemisahan antara kehidupan rohani dan sekuler. Kita mengerti betul bahwa dalam seluruh aspek kehidupan kita, kita harus menjadikan Tuhan sebagai pusat. Lalu setelah kita pikirkan kembali, rasa-rasanya tidak mungkin juga kita berada di kelompok yang kedua. Karena setelah melihat cirri-ciri mereka, kita tahu bahwa kita tidak terlalu mirip juga dengan mereka. Minimal kita tidak mau mengakui jikalau kita mirip dengan mereka. Jika demikian, apakah kita berada di kelompok ketiga yang ideal tersebut? Sayangnya, dengan segala kesombongan kita sekali pun, rasanya kita belum berhak untuk mengklaim keberadaan kita di sana. Ternyata kita hanyalah orang-orang Kristen tanggung yang tidak masuk ke dalam kelompok manapun karena kita terjebak antara keinginan daging dan keinginan roh. Dan setelah dipikir-pikir, sepertinya semakin lama kita semakin menjauh dari kondisi ideal tetapi kita semakin sulit mengakui kita memiliki kelemahan.


Karena itu pada kesempatan kali ini, marilah kita melihat bagaimana Paulus mengusulkan adanya kelompok keempat orang Kristen. Di Roma 12:1-2 Beliau berkata, “karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” John Ortberg pernah menuliskan tafsiran mengenai hal ini demikian, “kehidupan rohani bukanlah kehidupan yang terpisah dari kehidupan finansial, kehidupan pekerjaan, dll. Istilah kehidupan rohani hanyalah sebuah cara untuk membicarakan kehidupan seseorang setiap saat dan setiap seginya dari perspektif Tuhan. Tuhan tidak tertarik pada bagaimana Anda berdoa, bergereja, atau membaca Alkirab lebih teratur saja. Tuhan tertarik juga pada hidup Anda.”


Paulus mengusulkan kita dengan sadar dan dengan keinginan yang kuat dan dengan kesadaran akan kekuatan dari Tuhan untuk meninggalkan satu per satu keragu-raguan kita dan berjalan menuju ke kerumunan orang yang berada di dalam kelompok ketiga tersebut. Mungkin hari ini kita belum sampai di sana. Tetapi ketika kita berada di dalam perjalanan tersebut, kita memenuhi panggilan Yesus kepada kita untuk menjadi sempurna. Dan di tengah perjalanan tersebutlah kita belajar semakin mencintai Tuhan dan dengan demikian menjauhkan diri kita dari menjadi serupa dengan orang-orang di kelompok pertama dan kedua tadi sambil kita belajar merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita secara benar. Dan dengan demikian kita akan mengerti mengapa Paulus lalu menuliskan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Soli Deo Gloria, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar