Selasa, 14 Juli 2009

Happy Parent's Day

This entry was published at http://chiawono.blog.friendster.com/ on May 5, 2008 with the title Happy Parent's Day.

Pencarian secara singkat pada Alkitab Terjemahan Resmi LAI yang biasa kita gunakan akan menghasilkan 274 kata ’keluarga’, 900 kata ’ayah’ atau ’bapa’, 1377 kata ’ibu’, dan lebih dari 3300 kata ’anak’. Ini belum memperhitungkan kata-kata yang merupakan turunan dari kata-kata tersebut seperti ’bapaku’ atau ’anaknya’ atau yang lainnya. Ini juga belum memperhitungkan kata-kata anggota keluarga yang lain seperti paman, cucu, cicit, suami, istri, nama suku, dan lain-lain. Ketika kita membaca Alkitab, kita akan menemukan begitu banyak pengungkapan hubungan keluarga di dalamnya baik secara harafiah maupun untuk menggambarkan sesuatu seperti hubungan Allah dengan orang percaya.


Secara sempit, kita akan menerima penjelasan bahwa keluarga merupakan suatu yang vital dalam kehidupan orang Yahudi. Orang Yahudi hidup dari zaman ke zaman dengan membawa nama keluarga mereka, baik itu kebanggaan dan nama besar maupun aib. Dalam konteks seperti inilah kita melihat di dalam banyak literatur orang Yahudi (termasuk Alkitab kalau boleh kita anggap sebagai salah satu literatur yang berasal dari mereka) akan banyak sekali penggambaran tentang latar belakang keluarga termasuk suku. Tetapi kalau kita memikirkan alur logis dari kebanyakan peradaban atau kebudayaan yang kita tahu, maka kita akan setuju bahwa tidak ada suku atau peradaban atau kebudayaan atau bangsa yang tidak memandang keluarga sebagai suatu yang vital.


Memang harus kita akui bahwa saat ini keluarga sudah mengalami pergeseran arti yang cukup parah. Ketika kita menanyakan tentang arti keluarga, maka kita akan menerima jawaban resmi berupa satuan unit ekonomi yang terkecil. Di dunia yang materialistis dan individualis ini, keluarga diciutkan maknanya dan hanya diambil makna ekonomisnya saja. Itu sebabnya sebagai remaja, baik sadar ataupun tidak, kita menganggap rumah sebagai mesin ATM dan hotel gratis dan lebih suka berada di luar rumah bermain bersama teman dan beraktivitas. Hubungan dengan orang tua juga tidak menjadi penting. Selama kita tidak memiliki masalah apa pun dengan mereka, maka kita berada dalam keluarga yang harmonis. Komunikasi yang kurang, keintiman yang berkurang, bahkan perjumpaan yang kurang seakan-akan tidak menjadi masalah sama sekali. Yang penting dalam keluarga jangan ada perselisihan dan pertikaian.


Tetapi yang menjadi pertanyaan untuk kita orang percaya, apakah itu cukup untuk menjadi satu keluarga yang diakui oleh Tuhan? Hari ini tidak semua dari kita adalah orang tua. Tetapi entah apakah kita adalah orang tua atau bukan, kita tidak mungkin ada di dunia ini kalau bukan sebagai anak. Dan sebagai anak, kita diberikan panduan-panduan khusus oleh Tuhan untuk kita taati seperti apapun orang tua kita. Ketika kita berbicara sebagai seorang anak tentang orang tua, maka mau tidak mau kita akan mengingat hukum ke-5 dari Hukum Taurat yaitu, ”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu.” Hukum ini menjadi menarik karena banyak alasan. Mari kita lihat tiga diantaranya sebagai satu awal kita mengingat bahwa jangan-jangan hari ini kita tidak berada di jalur keluarga yang diperkenan Tuhan sebagai seorang anak.


Yang pertama bisa karena dari kesepuluh hukum yang ada, hukum ini termasuk satu dari dua yang tidak dimulai dengan kata ’jangan’ dan menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki suatu partisipasi aktif dari penerima hukum ini. Paulus kelak mengingatkan kita bahwa kita menghormati orang tua kita karena haruslah demikian. Bukan karena kita menerima sesuatu atau karena mereka baik. Terutama bukan karena kita mengharapkan sesuatu. Tetapi kita menghormati karena haruslah demikian. Karena Tuhan menghendaki demikian.


Yang kedua adalah ini merupakan satu-satunya hukum yang disertai langsung dengan janji dari Tuhan. Hampir di setiap kutipan hukum ini di dalam Alkitab, frasa ”hormatilah ayahmu dan ibumu” disambung dengan kata ’supaya’ dan disertai janji umur panjang oleh Tuhan. Di bagian lain yaitu di dalam Injil Matius, Yesus mengutip ayat ini dan menyambungkan dengan suatu hukuman mati bagi yang gagal melaksanakan hukum ini. Ini adalah hukum yang penting terlihat dari penggambaran hidup mati kita pun turut dipengaruhi oleh hukum ini.


Yang ketiga, ini merupakan hukum yang seolah menjembatani hukum tentang Allah (1-4) dan hukum mengenai sesama manusia (6-10) seolah-olah mengingatkan lagi bahwa orang tua ada di dalam dunia ini sebagai wakil dari Tuhan sendiri untuk mendidik anak-anak yang lahir. Tuhan juga sebenarnya berkali-kali memberikan instruksi kepada orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dan di dalamnya kita menemukan bahwa Tuhan mempercayakan masa depan dunia ini di dalam tangan orang tua-orang tua yang ada di dalam dunia ini.


Di luar segala keistimewaan ini, kita melihat bahwa hukum ini merupakan hukum yang serius yang kelak akan dikutip berkali-kali oleh banyak orang. Hubungan keluarga, terutama hubungan orang tua dengan anak merupakan dasar dari gereja Tuhan Ini juga sebabnya kita menemukan penggambaran hubungan orang tua-anak ini dalam hubungan kita sendiri dengan Tuhan. Yesus sendiri beberapa kali melukiskan hal ini secara sangat gamblang. Sehingga pada saat ini sudah tidak pada tempatnya lagi bagi kita untuk bermain-main dengan posisi kita di dalam keluarga terutama sebagai seorang anak dari orang tua kita. Pada akhirnya, kita tidak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan orang tua kita sebelum kita lahir. Mereka juga tidak akan tahu apa yang terjadi dalam kehidupan kita setelah mereka pergi. Waktu kita berhubungan dengan orang tua kita hanya pada saat ini dan kita tidak terlalu bodoh untuk tahu apa artinya hal ini. ”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu.” Happy Parents’ Day.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar